Jumat, 11 Februari 2011

CERPEN KISAH DARI MASJID KAMPUS

Oleh : Ayat Al Akrash (0719)

Hudzaifah.org - (Tahun 2040). Seorang kakek-kakek duduk di sebuah sekretariatariat kampus. Sekretariatariat itu berukuran 3x3 meter. Kecil, tapi sangat nyaman. Lantainya dialasi karpet coklat. Ada lemari file, kaca besar di sampingnya. Buku-buku Islam tersusun rapi di hadapan kakek itu duduk. Jendela terbuka lebar. Terdengar kicauan dari burung yang ada di dalam sangkar.

Kerut-kerut .... beberapa saat mereka saling terdiam. Kakek itu masih asyik menatapi foto-foto tersebut. Membuka-buka halamannya. "Saya suka melihat foto-foto ini, dan saya takkan pernah bosan melihatnya," ujar kakek itu memecah kesunyian. Matanya terlihat sayu dan memendam kerinduan yang mendalam. Mahasiswa itu terlihat tak mengerti, tapi kemudian ia berujar, "Ya, Pak saya pernah melihat foto-foto itu, sepertinya orang-orang di dalam foto itu sangat kompak ya." Mahasiswa itu mendekat dan ikut melihat foto ikhwan yang memakai ikat kepala putih dan slayer biru saat mukhayyam di gunung.

Tiba-tiba pintu sekretariatariat terbuka dan ada enam orang ikhwan berbaju koko, memasuki sekretariatariat sambil tertawa riang dan bercerita panjang lebar. Begitu melihat kakek itu, mereka segera mengucap salam, dan bersalaman. "Acaranya
baru dimulai 10 menit lagi, Pak," ujar seorang ikhwan berbaju biru. "Eh, teman-teman, ini tadi beliau sedang cerita. Ternyata ada foto ... yang lalu, namun foto-foto itu masih terjaga baik. Ya.., karena kakek itu menyimpannya.

Seorang mahasiswa memasuki sekretariatariat dan berkata, "Pak, acaranya sudah dimulai." Mereka semua lalu keluar bersama-sama menuju tempat acara. Kakek itu berjalan menyusuri sepanjang koridor kampus menuju ruangan seminar. Dengan berjalan lambat-lambat, didampingi para mahasiswa. Sepanjang jalan ia
disapa oleh setiap mahasiswa yang berpapasan dengannya. Meski kampus swasta, tetapi terlihat lebih mirip menyampaikan materi, kakek itu membukanya dengan basmallah. Ia sempat terdiam sesaat. Dipandanginya aula besar yang berisi ribuan mahasiswa dan mahasiswi. Matanya berkaca-kaca. Ia terkenang akan kenangan masa lalu. Pandangannya nanar.

(Ruangan itu berubah ke tahun 1996)

Di tempat yang sama. Ruangan itu lenggang. Terdengar suara, "Nanti kita mengadakan seminarnya di ruang ini saja, karena sound systemnya di sini bagus," ujar Bram kepada teman-temannya. Beberapa teman yang berada terlihat bercampur baur. Yang mahasiswinya merokok dan mahasiswanya memakai anting. Bahkan ada yang tak malu-malu berpelukan di koridor kampus.

Bram, mahasiswa semester tiga, Fakultas Ekonomi di sebuah universitas swasta di Jakarta. Rambutnya lurus dibelah tengah, kulitnya sawo matang, postur tubuhnya sedang, badannya tegap, dan jago bela diri Tae Kwon Do. Ia sukamemakai celana bahan dan kemeja lengan panjang. Sehingga tampak sekali keikhwanannya. Suaranya yang lembut namun tegas dari organisasi rohis yang kualitas anggotanya, sangat jauh dari harapan, karena mereka masih belum memiliki sikap teguh pendirian dan masih sedikit jiwa berkorbannya untuk dakwah. Pun masih gemar ber-ikhktilat. Namun jauh di lubuk hatinya, Bram tetap optimis, bahwa bila Allah menghendaki, manusia pasti bisa berubah, pasti bisa..

"Di akhwat juga tidak ada, dek.." tambah Bang Didit, ingin menekankan bahwa hanya Bram yang bisa menjadi motor penggerak dalam organisasi rohis itu. (....menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu). Surat Muhammad ayat 7 itu selalu menyemangati dirinya untuk tetap optimis berada di jalan ini. Karena hidayah Allah, siapa yang tahu? Teman-teman pasti bisa berubah..

Andre, Aktivis Da'wah Sekolah (ADS)
Saat tengah duduk-duduk di depan sekretariatariat rohis, Bram melihat seorang mahasiswa yang tampaknya seperti ikhwan, menuju tempat wudhu. Dan instingnya seakan memperkuat hal itu. "Assalaamu'alaikum," kata Bram. "Wa'alaikumsalam wr wb," jawab mahasiswa tingkat II yang ternyata ADS juga di SMU-nya. Bram sangat senang mendengar itu. Bram mengajak Andre untuk berkomitmen di jalan dakwah. Bram menjelaskan kondisi rohis kampus yang memprihatinkan. Andre mahasiswa yang cerdas, perawakannya sedang, rambutnya ikal dan kulitnya putih dengan pipi yang kemerah-merahan. Andre mengangguk, "Maka marilah kita berjanji setia untuk berjuang di jalan-Nya," ujar Andre menyambut ajakan Bram.

Bram tersenyum. Dan mereka berjanji setia untuk ... (...yang merindukan lahirnya kejayaan, kepada umat yang tengah kebingungan di persimpangan jalan. Kepada para pewaris peradaban yang kaya raya, yang telah menggoreskan catatan membanggakan di lembar sejarah umat manusia. Kepada setiap muslim yang yakin akan masa depan dirinya sebagai pemimpin dunia dan peraih kebahagiaan di kampung akhirat. "

Para jamaah yang semula hendak bubar, demi mendengar seruan Bram yang menggetarkan jiwa itu, spontan segera menoleh ke arah Bram dan mereka kem.... tangga yang islami. Setelah itu, kita akan menempa bangsa kita menjadi bangsa yang muslim, yang tertegak di dalamnya kehidupan masyarakat yang islami. Kita akan meniti langkah-langkah yang sudah pasti, dari awal hingga akhir perjalanan. Kita akan mencapai sasaran yang digariskan Allah bagi kita, bukan yang kita paksakan untuk diri kita. Allah tidak menghendaki kecuali menyempurnakan cahaya-Nya, meski orang-orang kafirtidak menyukainya," seru Bram. "Kita pun akan mengetahui bahwa sesungguhnya.... membalas senyum Andre dan berkata, "Saya Zaid." "Zaid, nama yang bagus sekali seperti sahabat yang menjadi sekretariataris nabi."

"Iya, engkau benar," jawab Zaid.
"Bagaimana menurutmu tentang orang di depan itu?" tanya Andre.
"Em.., bagus sekali dan saya tertarik untuk menuliskannya di koran saya," jawab Zaid.
Andre mengerutkan keningnya. "Anda jurnalis?"
"Ya, saya jurnalis di koran kampus."
Sesaat Andre baru sadar, bahwa Zaid mengenggam pena dan membawa sebuah note book ke tiga, ratusan mahasiswa baru telah berkumpul di lapangan. Suasana sangat ramai. Para aktivis dari BEM dan Himpunan berjaket almamater telah bersiap-siap. Dan para aktivis rohis tengah mempersiapkan tempat shalat untuk shalat Zuhur.

Di bawah panas terik matahari, ratusan Mahasiswa Baru duduk di lapangan dan mendengarkan instruksi dari para senior, tak jarang kata-kata kotor keluar dari mulut mereka. Bram jengah mendengarnya. Sudah mahasiswa tapi intelektualitsnya justru minus, .... berjilbab putih. Ia seperti mengingat-ingat sesuatu.. Itu.. seperti.. seperti.. Sita! Sita sudah berjilbab.? Bram terdiam dan pikirannya melayang dengan kejadian setahun lalu.

Saat itu.. ketika ia masih kelas 3 SMU..
"Saya tidak bisa meneruskan hubungan kita, dek. Kita akhiri sampai di sini saja...," ujar Bram pada seorang adik kelas yang tak lain adalah kekasihnya. "Tapi.., kenapa? Bukankah selama ini hubungan kita baik-baik saja, Bang." jawab Sita dengan memandang lekat- maghrib sebentar lagi berkumandang.

"Apa yang membuat abang berubah? Padahal dua hari lalu, abang katakan bahwa kita akan selalu bersama, apakah engkau sudah melupakan kata-kata abang sendiri.," Suara Sita terdengar parau.

Sesungguhnya jauh di lubuk hati Bram, sangatlah berat melepas Sita. Tapi..., ada yang jauh lebih ia cintai dari wanita yang berambut sebahu itu. Mengatakan perpisahan inipun sangat sulit baginya. Tapi.. tapi.. ia harus bisa karena ada yang lebih ia harap... sering mengatakan tak suka dengan anak-anak rohis..

"Abang saja yang shalat, Sita nanti aja," jawab Sita enggan. Bram dan Sita saling berpandangan, lama sekali. Seakan banyak isi hati yang terucapkan lewat tatapan mata mereka. Hati Bram bergemuruh. Qomat berkumandang dari masjid sekolah. Bram menundukkan pandangannya, dan berkata, "Saya shalat." Ia membawa tas ranselnya dan menuju masjid sekolahnya. Sita tertunduk dan air mata mengalir di pipinya yang kemerah-merahan.

Usai sholat ... memanjatkan doa dengan hati bersungguh-sungguh. Tak terasa ia menitikan air mata. Ikatan yang sudah terjalin sejak mereka SMP, harus pupus di tengah jalan. Biarlah. biarlah .. kita menangis saat ini Sita, daripada kita menangis di akhirat nanti. Bram lebih memilih jalan untuk menjauhi apa yang namanya pacaran. Dan ia berkomitmen untuk selalu berada di jalan para nabi ini..

Bram menyenandungkan syair nasyid Izzatul Islam.
Selamat tinggal wahai dunia duka dan selamat datang wahai.... Andre membuyarkan lamunan Bram, "Oh.. eh.. Wa'alaikumsalam, itu sudah disiapkan, jadi nanti yang mahasiswanya wudhu di dekat gedung K," jawab Bram mantap. Andre mengangguk dan meninggalkan Bram usai mendapat jawaban itu. Bram beristighfar dan segera kembali mempersiapkan atribut shalat, seperti spanduknya dan lain-lain. Bram bergumam, intanshurullah yan shurkum wa yutsabbit aqdamakum

Bram duduk di masjid usai shalat Zuhur. Ia dan teman-temannya bersiap-siap menyambut mahasiswa baru. .... kamu main ke sekretariatariat rohis aja."
"Ke sekretariatariat? Ngapain Bang," tanya Andi heran.
"Ya maen aja, belum penah ke sekretariat rohis, kan?" Bram kembali mengajak. Dan kali ini Andi mengiyakan dan berjanji akan mengunjungi sekretariat rohis. Andi berpamitan setelah temannya usai shalat. Mereka berlari menuju kelas.

Bram Bersama Teman-Teman Selama kepengurusannya, Bram melakukan gebrakan-gebrakan da'wah. Dan ia memprioritaskan da'wah di atas segalanya. Totalitas Perjuangan. Ia persembahkan.... berkoordinasi bila ada teman-teman Da'wah Fardiyah. Semuanya mereka rencanakan dengan baik. Hingga akhirnya terekrutlah beberapa orang mahasiswa dan mahasiswi, untuk semakin mengokohkan barisan da'wah.

Perpustakaan Masjid
Bram memasuki masjid dan melihat banyak sekali buku-buku Islam yang tak terawat. "Buku-buku adalah sumber ilmu," ujar Bram ketika mengajak Andre untuk mendata buku-buku tersebut. Jumlah buku Islam itu ada 500 buku. Mereka berdua mencatat nama buku, pengarang... tahu, Bram yang paling banyak berperan dalam mengurusi buku-buku itu, dan ia tidak rela bila orang hanya bicara saja tanpa membantu. Bram hanya terdiam mendengar itu. Berapa banyak orang yang sanggup bicara, tetapi sedikit yang mengerjakannya. Dan berapa banyak orang yang mau mengerjakannya, tetapi mau serius dan berkorban untuk melakukannya.

Setelah satu bulan, pendataan buku-buku itu pun selesai. Bram dan Andre meletakkannya di perpustakaan masjid. Mereka segera membuat kartu perpustakaan... mahasiswa dan mahasiswi. Di sekretariat akhwat, sangatlah ramai oleh canda tawa para mahasiswi, sampai-sampai suara mereka terdengar di sekretariat ikhwan. Andre kerap kali mengetuk jendela akhwat, agar tidak terlalu berisik. Bila sudah demikian, para akhwat dan mahasiswi yang ada di dalam hanya tersenyum tertahan. Andre hanya geleng-geleng kepala.

Dan di sekretariat ikhwan pun tak jauh berbeda. Bahkan mereka bermain bola di dalam sekretariat. Andre hanya geleng-geleng kepala (lagi). Tetapi Bram memang.... Hampir setiap hari ia melakukan itu, karena pengkondisian sekretariat bagi Bram sangat penting. Kebersihan adalah sebagian dari iman. Bagaimana mungkin hidayah Allah akan turun bila tempat ini berantakan, gumam Bram. Untuk saat ini, ia belum bisa meminta teman-temannya untuk melakukan tugas ini, karena banyak yang menolak. Dan Bram memaklumi hal ini. Ia menyapu lantai, merapihkan buku-buku, membuang sampah-sampah, dan memasang mading ataupun menempel tausiah-tausiah di sekretariat.

Ia juga pernah menemui kristenisasi di SMU-nya. "Iya, tapi Sita jangan bilang siapa-siapa ya, rahasia," ujar Anita yang celana jinsnya robek-robek di bagian lututnya. Anita berkata itu dengan mimik serius dan rokok mengepul dari mulutnya. Sita hanya mengangguk-angguk.

Pakai jilbab, mau murtad? Tubuh Sita seakan limbung mendengar itu. Haruskah ia kehilangan lagi saudara muslim lagi. Sewaktu di SMU ia pernah menghadapi hal yang sama, pemurtadan dan saat hal ini terdengar di telinga Bram, ketua rohis, bahwa ada kristenisasi di kampus.

Saat rapat rohis, Bram berkata, "Kita mendapat laporan dari atas, bahwa di kampus kita terjadi kristenisasi." Sita tertunduk dalam mendengarnya. "Sebaiknya hal seperti ini tidak disembunyikan, karena bila sampai terjadi pemurtadan, dapat mencoreng wajah da'wah kita di kampus ini," tambah Bram dengan tegas. Bram masih menunggu ikhwah yang sebenarnya mengetahui hal ini. Sitapun akhirnya angkat bicara. ....Kejar-kejaran dari belakang. Bersembunyi kala ia menoleh. Sesekali para akhwat tersenyum bersama. Setelah mahasiswi itu berhasil diidentifikasikan, akhirnya Sita menjadi duta untuk melakukan dialog dengannya.

Bram terus memantau perkembangannya dari hari ke hari. Dan dari Anita, Sita mengetahui bahwa mahasiswi tersebut membatalkan niatnya untuk berpindah agama dari bujukan pemuda Kristen tersebut, karena agama adalah yang paling utama. Allahu Akbar! Misi detektif akhwat selesai.....menatapnya.

Bram segera melemparkan senyumnya. Mahasiswi itu membalas senyumnya. "Kamu anak rohis ya?" tanya mahasiswi itu. "Iya, saya Bram," jawab Bram memperkenalkan diri. "Riska," katanya balas memperkenalkan diri. "Saya dari dulu pengen ikut rohis nih, tapi bisa ngga' ya?" ujar Riska. "O… tentu aja bisa. Kamu maen aja ke sekretariat rohis," jawab Bram. Tiba-tiba dosen masuk dan menghentikan obrolan Bram dan Riska. Kuliah berlangsung selama 2 jam.

Usai kuliah, Bram mengajak Riska untuk ketemu Sita. Riska mengangguk-anggukkan kepala. Mereka kemudian membicarakan banyak hal, mulai dari keluarga sampai seputar wanita. Riska mengakui bahwa wawasan Islam Sita sangat baik.

Pers Kampus
Zaid, semenjak bergabung dengan rohis, ia menggunakan kemampuan menulisnya untuk meninggikan kalimatullah. Tulisannya menghiasi media cetak kampus. Ia mampu menciptakan tulisan-tulisan yang universal, yang dapat diterima oleh kalangan dosen maupun mahasiswa. Sehingga Al Haq dapat tersam bertugas mem-blow up kegiatan-kegiatan rohis dan menggalang opini publik.

Bram Membangkitkan Semangat Teman-Teman
Sekretariat ikhwan dan akhwat terpisah. Letaknya ada di belakang masjid kampus itu. Para aktivis ini tengah mempersiapkan acara sebagai follow up dari penyambutan mahasiswa baru. Mereka melakukan rapat. Hanya ada 8 orang, yaitu Zaid, Bram, Andre, Andi, Riska, Laras, Sita dan Riska. Tak jarang mereka harus pulang malam untuk melakukan rapat-rapat. Bahkan kuliah bagi mereka... memiimalisirnya, karena ukhuwah yang utama.

**

Roy Bergabung dengan Rohis
Di kosnya, Bram memandang langit malam yang dihiasi bintang-bintang. Langit terang oleh cahaya bulan purnama. Lama sekali ia menatap langit. Terbayang di matanya akhlak para mahasiswa di kampusnya yang merosot. Semua itu berkelebat dahsyat di pikirannya.

Saat itulah, teman satu kosnya yang sedang menonton TV, menekan channel berita Metro TV, "Korban kembali jatuh di Palestina, bom bunuh diri Palestina itu tempat apa?" tanya Bram pada Roy yang tengah menghisap sepuntung rokok. "Palestina kan di Arab sana," jawabnya cuek. Bram menggeleng, "Di Palestina ada Masjid Al Aqsha, itu adalah kiblat pertama kita dan sekarang diinjak-injak oleh zionis Israel, sudah sejak tahun 1948, sejak perjanjian Balfour," ujar Bram dengan serius. Roy mengangguk-angguk, terbengong-bengong. "Ooh. begitchu yah.."

Bram terbangun dari tidurnya. Ia termenung sejenak. Dilihatnya, pukul 02.00 dini hari .... terisak-isak. Roy keluar dari kamarnya dengan kaos oblong dan rambut yang berdiri dan acak-acakan.

Ia melihat ke dalam kamar yang pintunya terbuka sedikit. Bram sedang shalat. Kepala Roy tertunduk. Dan ia masuk kembali ke kamarnya. Di dalam kamarnya, ia memandangi majalah pornonya, dan dilemparnya majalah itu ke lantai. Ditutupnya semua situs yang ia browse sedari tadi. Ia mengambil sebuah buku yang sudah berdebu, Al Qur'an. Roy teringat kata-kata Bram. "Di Palestina ada Masjid Al Aqsa... sekali ayat ini..

Bram bangun di pagi hari. Dan bersiap-siap untuk shalat Subuh di masjid. Bram terkejut ketika Roy mengikutinya dari belakang. Dengan malu-malu, Roy berkata, ''Kenapa? Gue mau ke masjid juga, tidak boleh?" "Eh.. boleh.. tentu saja boleh. Bram cepat-cepat membuang keterkejutannya itu dan mereka melangkah bersama menuju masjid di dekat kosan mereka.

Usai shalat, Bram membuka buku kecil berwarna hijau. "Itu apa? Gue liat loe sering bawa buku itu," tanya Roy. ...ruangannya yang berantakan seperti kapal pecah. Ia terdiam sesaat dan dengan segera membersihkan dan membereskan kamarnya. Sapu, lap pel, ada di tangannya. Ia mencopot semua poster-poster band kesayangannya. Buku-buku porno ia kumpulkan. Seketika, kamarnya bersih dan mengkilat hingga ke kaca-kaca jendela. Ia keluar dari kamar dan diluar ia menyalakan api. Dilemparnya semua buku porno itu ke dalam api. Roy tersenyum penuh kemenangan.

Roy menyisir rapi rambutnya yang lurus dan dibe.... memenuhi ruang auditorium di kampus tersebut.

Zaid, yang ahli dalam membuat tulisan, membuat sebuah artikel yang sangat bagus akan pentingnya seminar ini. Ia memasukkannya dalam koran kampus yang memang independen, sehingga ia tak mendapatkan halangan yang berarti.

Roy pun memanfaatkan keahliannya dalam dunia maya dengan menjaring massa melalui dunia cyber. Ia menggunakan e-mail, mailing list, situs, Yahoo Messenger dan Friendster untuk menyebarkan berita ini. Dan tulisan-tulisan Zaid...

Dalam mempersiapkan kegiatan ini, tak jarang, Andre dan teman-temannya harus pulang malam untuk mengadakan rapat-rapat. Dan di siang hari, mereka aktif mencari sponsor demi terselenggaranya kegiatan. Lelah. Inilah yang dirasakan Andre dan jajaran kepanitiaanya.

"Kamu kenapa?" Bram seakan menangkap kegalauan hati saudaranya yang tengah termenung di sekretariat rohis. Ia memperhatikan bahwa Andre sedikit melemah semangat dakwahnya. Andre hanya terdiam. "Ingat., disana.. di Pelestin diperkirakan ruangan akan melebihi kapasitas. "Semoga Allah selalu meluruskan niat-niat kita saat menapaki jalannya. Hadir di sini semata-mata karena Allah," ujar Andre untuk memotivasi panitia. Seluruh sie melaporkan tugasnya. Cek dan ricek.

Ticketing di depan ruangan seminar telah bersiap-siap. Semua anggota rohis memakai jaket almamater. Mereka bak tentara-tentara Allah yang bersiap-siap di posnya masing-masing. Acara ini mendapat sambutan yang sangat baik dari para dosen, pun menthoring, yang masing-masing kelompok, ada 8 orang. Itu berarti ada 160 orang yang terekrut melalui seminar tersebut.

Karena kesolidan Departemen Pengembangan Sumber Daya Muslim (DPSDM) dan Departemen Syi'ar, maka proses rekruitmen dan pembinaan berjalan lancar.
Bram, Roy, Zaid dan Andre hanya bisa mengucap hamdalah akan kemenangan ini.

Berbondong-Bondong Berjilbab
Sita tengah sibuk mendata barang-barang di sekretariat. Pintu sekretariat terbuka dan. Sita melihat rok panjang ber "Taubat massal." Suasana sekretariat akhwat kian ramai dihiasi canda tawa para akhwat. Tak jarang mereka melakukan aksi smack down, antar mereka. Mereka semua bersama-sama membantu gerak da'wah. Dan Andre senantiasa mengetuk jendela akhwat agar tidak terlalu berisik. Hi..hi..hi. para akhwat bukannya diam, tetapi semakin ramai. Andre hanya geleng-geleng kepala. Dan Bram tersenyum melihat sikap Andre.

Persiapan Dauroh
Rohis mengadakan dauroh (pelatihan) yang merupakan alur t.... menjelang. Dan sesuatu yang aneh terjadi, mereka tak bisa menemukan jalan pulang. Padahal seharusnya jalan yang dilalui tidaklah terlalu sulit. Mereka kembali menyusuri jalan. Hawa dingin dan malam yang pekat. Hanya berbekal dua senter.

Pukul 22.00. Mereka kemudian sadar bahwa sedari tadi hanya berputar-putar di satu tempat. Bram berkata, "Sepertinya ini sudah bukan dunia manusia lagi, sebaiknya kita membaca ayat kursi." Andre, Roy dan Zaid mengiyakan. Dan sepanjang perjalanan, m.... semua berfoto bersama dengan pakaian penuh lumpur. Wajah puluhan ikhwan terlihat sangat gembira, dengan ikat kepala putih dan slayer biru. Para ikhwan berfoto sendiri dan berbaris rapi. Dan puluhan akhwatpun berfoto sendiri di tempat lainnya. Jilbab-jilbab mereka yang rapi, berkibar tertiup angin gunung. Mereka semua terlihat sangat kompak. Andre mengabadikan event itu dengan kameranya.

Bram Menikah
Bram bercerita pada Andre bahwa ia akan menggenapkan setengah diennya dan ... Rabbi. Sungguh tak akan lari gunung di kejar, gumam Bram. Di tempat lain, Sita juga menerima amplop dari murabbiyahnya dengan perasaan tenang. Ketika ia membuka dan membaca nama calonnya.. Bram Adhiyaksa, Sita setengah berbisik menyebut nama itu. Ya Rabbi.

Proses ta'aruf (perkenalan) Bram dan Sita berlangsung singkat. Bram datang meminang ke rumah Sita. Pernikahan berlangsung sederhana dan menggunakan hijab yang berupa tanaman-tanaman. Puluhan aktivis rohis datang pada acara ....rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dari) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (QS. 9:24).

Suatu hari Bram merasa gundah, kalau berangkat istri cemberut, padahal sudah tahu nikah dengannya risikonya tidak dapat pulang malam tapi biasanya pulang pagi, menurut bahasa Indonesia kontemporer untuk jam diatas 24.00. Dia ....

Kepada pewaris peradaban yang telah menggoreskan,
Sebuah catatan kebanggaan di lembar sejarah manusia
Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta

Rasulullah SAW bersabda, "Di hari kiamat, Allah akan menaungi pemuda yang berani mengatakan yang haq di depan penguasa yang zalim." Berlandaskan hadits ini, aksi-aksi mahasiswa marak di berbagai daerah di t.... di perutnya. Seorang Satgas dari Senat berhasil menariknya ke dalam kampus sebelum sempat dipukuli oleh aparat. Dan yang terjadi selanjutnya mirip dengan perjuangan intifadah rakyat Palestina. Dimana mahasiswa berusaha mempertahankan diri dengan melemparkan batu, botol aqua dan apa saja yang bisa dipungut di jalan kepada aparat yang bersenjata api.

Balasan yang 'sangat amat baik sekali' dari aparat keamanan. Tiap kali terdengar letusan senapan yang keras dan menggetarkan kaca-kaca di yang sedang terjadi, beberapa mahasiswa beristighfar menyebut nama Allah Swt, dan lainnya menyerukan untuk mengadakan pembalasan, sebagian lagi berusaha menahan emosi rekannya. "Tidak ada gunanya dilawan", “Jangan ada korban
lagi", semuanya mundur, rekan kita sudah ada yang meninggal, Mundur semua!"
jerit beberapa rekan mahasiwa. Mahasiswa-mahasiwa yang berada di barisan depan terus melempari petugas dan berteriak-teriak histeris. Kabar kematian rekan mahasiswa tampaknya malah membaka Namun sejak penembakan itu, Bram tak bisa lagi berjalan seperti biasa. Karena pukulan keras di kepalanya dari aparat, membuatnya sering pusing. Pun tembakan di perutnya, meninggalkan luka yang membekas dan terkadang sangat sakit ia rasakan. Namun meskipun demikian, Bram masih mengontrol jalannya aktivitas da'wah di kampus melalui HPnya. Terkadang para ikhwah bertanya tentang apa yang harus mereka lakukan dalam da'wah. Ataupun sekedar ber-sms untuk bertanya tentang Islam. Dan hal itu s.... membukakan kaos kakinya. "Wah., Mama .. baik sekali," ujar Bram dengan nada lembut. Sita terdiam. Ia menyunggingkan senyum. Entah mengapa, hari ini perasaan Sita tidak enak. Ia ingin selau berada di dekatsuaminya. "Air panasnya sudah siap, Bang.," Sita mengambilkan handuk. Bram terduduk di kursi sambil memegang agenda syuro. Ia segera membersihkan diri malam itu.

Saat subuh menjelang. Suhu badan Bram sangat tinggi, ia menggigau. Sita panik, tetapi ia tetap berusaha berfikir jernih "Dek. jaga diri baik-baik. Dirikan shalat. Jaga anak kita nanti, didik ia menjadi mujahid di jalan Allah," ujar Bram. Sita yang kandungannya telah berusia delapan bulan, sudah tak terbendung lagi air matanya. Ia menangis terisak-isak. Demi mendengar isakan tangis Sita, Andre terbangun dari tidurnya dan mendekati Bram. Beberapa ikhwan yang tengah menunggu di luar kamar pasien, juga terbangun. Bram menghadapi sakaratul maut. Sita dan Andre membimbing Bram agar mengucapkan "Laa illaha ilall.... militansi puluhan aktivis lainnya. Dan dari puluhan aktivis ini, lahirlah mujahid-mujahid baru. Regenerasi terus berlanjut. Mewariskan nilai-nilai keislaman yang telah Bram tanamkan di dalam diri teman-temannya. Pun bagi Andre, Bram adalah sosok teladan yang selau memberi motivasi kepada dirinya. intanshurullah yan shurkum wa yutsabbit aqdamakum

(Tahun 2040)

Kakek itu masih menatap tajam para mahasiswa dan mahasiswi yang ada di hadapannya. Ia berkata, "Wahai pemuda! Kal .... sesi tanya jawab. Sang moderator berkata, "Ya, telah kita dengarkan tausiah-tausiah dari syeikh kita, Syeikh Andre. Seperti kita ketahui bersama, beliau juga pernah kuliah di kampus ini dan menjadi salah satu pelopor bangkitnya Islam di kampus kita tercinta. Maka jangan sia-siakan kesempatan ini untuk bertanya." Beberapa orang dengan serentak, berebutan dan mengangkat tangan untuk bertanya.

Usai acara, Andre bersiap-siap shalat berjamaah di masjid kampus bersama-sama dengan para mahasiswa. Andre terdiam dan melihat ada Bram, Roy dan Zaid di hadapannya. Bram tersenyum kepadanya dan Andre membalas senyumnya. Andre menatap ke langit-langit masjid dan ia melihat makhluk-makhluk yang tak pernah ia lihat sebelumnya, bukan jin dan bukan pula manusia. Dan beberapa saat kemudian, ia tersungkur di depan mimbar masjid.

“Pak Andre!...” Seru jamaah shalat. Mereka berhamburan dan membopong tubuh Andre. Dan mendudukkannya. "Innalillahi wa Inna ilaihi raji'un.," seru seorang dari mereka. .... ke tempat peristirahatan. Langit mendung seakan turut menangisi kepergian mujahid-mujahid Allah di muka bumi. Bram, Zaid, Roy dan Andre.. Makam mereka terletak berdampingan. Mereka bertemu karena Allah, saling mencintai karena Allah. Rasulullah SAW bersabda, "Di sekitar Arsy ada menara-menara dari cahaya. Di dalamnya ada orang-orang yang pakaiannya dari cahaya dan wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukan para Nabi dan syuhada', tetapi para Nabi dan Syuhada' iri pada mereka. "Ketika... "Ayah, kami akan meneruskan perjuanganmu, hingga tak ada lagi fitnah dan agama ini hanya milik Allah.," ujarnya mantap. (Ayat Al Akrash)

Tidak ada komentar: